Blog ini merupakan tugas mata kuliah SIP (Sistem Informasi Pariwisata) Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Semester-5

Sabtu, 28 September 2019

Pelestarian Terumbu Karang dengan Metode Biorock dan Pariwisata di Desa Pemuteran


PELESTARIAN TERUMBU KARANG DENGAN METODE BIOROCK DAN PARIWISATA DI DESA PEMUTERAN


PENDAHULUAN


Berdasarkan data tahun 2018 dari International Union for Conservation Nature (IUCN) mengenai daftar merah spesies hewan yang terancam punah yaitu, amphibians 40%, mammals 25%, conifers 34%, birds 14%, sharks and rays 31%, reef corals 33%, selected crustaceans 27%. Ada beberapa penyebab dari terjadinya hal tersebut. Populationmatters.org menyebutkan bahwa ada 6 penyebab kepunahan masal, kehilangan habitat, eksploitasi yang berlebihan, intensifikasi pertanian, perubahan iklim, polusi, serbuan spesies.
Pada tahun 2014-2015 silam Indonesia cukup terkena dampak dari fenomena El Nino. El Nino adalah anomali iklim di Pasifik Selatan. Fenomena ini terjadi antara pesisir barat Amerika Latin dan Asia Tenggara, namun efeknya bisa dirasakan ke seluruh penjuru dunia dan seringkali berujung pada bencana alam. Umumnya saat fenomena ini terjadi suhu air laut akan meningkat dan menyebabkan terumbu karang tidak dapat bertahan hidup dan banyak ikan-ikan yang tidak mendapatkan makanan kemudian pindah ketempat lain yang memeiliki terumbu karang lebih baik sebagai produsen makanan mereka. Padahal terumbu karang adalah salah satu unsur yang cukup vital dalam kehidupan bawah laut dan cukup rentan akan perubahan terutama perubahan suhu air laut. Karena terumbu karang adalah sekumpulan dari hewan karang yang melakukan simbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut dengan zooxanthellae.Terumbu karang termasuk jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang mempunyai tentakel-tentakel. Koloni terumbu karang ini terbentuk oleh ribuan hewan kecil yang dinamakan polip. Hewan ini memiliki warna yang beragam dan juga menghasilkan CaCO3 (kalsium karbonat). Terumbu karang adalah ekosistem laut yang paling beragam. Mereka dipenuhi dengan kehidupan, karena terumbu karang tersebut merupakan penghasil makanan dan juga sebagai tempat berlindung bagi hewan-hewan laut mulai dari yang berukuran kecil hingga hewan laut yang berukuran besar. Saat terumbu karang dianggap hanya mencangkup sebagian kecil (kurang dari satu persen) dari permukaan laut dan kurang dari dua persen dari dasar laut. Karena keanekaragamannya, terumbu karang disebut sebagai hutan hujan laut. Keragaman biota laut yang terdapat di wilayah perairan laut Indonesia begitu tinggi. Mulai dari ikan, moluska, krustasea, alga sampai dengan karang kesemuanya ditemukan di perairan laut Indonesia dengan jenis yang sangat beragam. Salah satu bukti tingginya keanekaragaman biota laut di Indonesia adalah dengan terbentuknya Coral Triangle Initiative (CTI) dan Indonesia termasuk didalamnya bersama beberapa negara lain seperti Malaysia, Filipina, Timor Leste, dan Papua New Guinea. Lebih dari 500 jenis karang hidup di perairan Indonesia, khususnya di perairan laut wilayah timur Indonesia.
Banyak manfaat dari adanya terumbu karang karena tidak hanya sebagai hiasan untuk mempercantik lautan tetapi memiliki banyak manfaat seperti manfaat secara ekologis, manfaat secara ekonomis, dan manfaat secara sosial. Manfaat terumbu karang secara ekologis adalah sebagai penunjang kehidupan, sumber keanekaragaman hayati, pelindung pantai dan pesisir, dan mengurangi pemanasan global. Manfaat terumbu karang secara ekonomis adalah sebagai sumber makanan karena terumbu karang sebagai tempat hidup biota-biota laut, sebagai objek wisata, sumber mata pencaharian, dan sebagai sumber bibit budidaya. Secara sosial adalah sebagai penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian dan sarana rekreasi masyarakat. Begitu banyaknya manfaat yang bisa didapat dengan lestarinya terumbu karang namun anomali iklim yang terjadi yaitu El Nino menyebabkan Indonesia terutama Organisasi Pelestarian Karang yaitu Yayasan Karang Lestari sangat merasakan dampak tersebut dikarenakan >50% terumbu karang yang sudah berhasil mereka kembangkan dengan metode biorock harus mati. El nino yang terjadi di Indonesia pada tahun tersebut merupakan yang terlama menurut staff Biorock yaitu sekitar satu tahun.

 
Sumber: http://www.ourenvironment.info/coralcalamity.html


Ini adalah gambar ilustrasi dari terumbu karang yang memutih (mati) akibat dari perubahan dari temperatur aut, polusi, terau sering terpapar matahari, dan dalam posisi yang terlalu dangkal. Selain dari 4 hal tersebut bisa juga disebabkan oleh hewan predator karang. Contoh predator karang adalah Crown of Thorn (sejenis bintang laut namun berduri dan beracun), Drupella (sejenis keong dan berukuran kecil), Kepiting (berwarna merah/ hitam cenderung gelap, berbulu, dan bermata putih). Untuk mengetahui karang yang sudah mati bisa diketahui secara kasat mata yaitu warna yang mulai memutih dan bisa juga dengan cara meraba ujung-ujung karang atau biasa disebut polip apakah masih berlendir atau tidak.

Sumber:http://www.livingoceansfoundation.org/science/crown-of-thorns-starfish/

Gambar diatas adalah Crown of Thorns Starfish yaitu sejenis bintang laut yang berduri dan beracun. Menurut pengalaman dan informasi dari staff Biorock Indonesia bahwa hewan ini adalah predator karang yang dapat memakan karang (membuat karang mati) sebanyak 1m2 hanya dalam waktu 1 malam saja.


                                     Sumber: DokumenPribadi/ PanduDwi

Gambar diatas adalah Drupella. Sejenis keong dan berukuran kecil yang merupakan salah satu predator karang.


                                     Sumber: DokumenPribadi/ PanduDwi

Gambar diatas adalah sebuah kepiting yang juga termasuk dalam kategori predator karang. Tidak mudah untuk menemukan hewan ini karena hewan ini berada disela-sela karang dan membutuhkan usaha kebih untuk menemukan dan juga memindahkan hewan ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut UU no.10 tahun 2009 yang dimaksud dengan pariwisata adalah segala macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta laanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat baik di negara maju maupun di negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta, semakin meratanya distribusi sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi telah mempercepat mobilitas amnusia antar daerah, negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata.
Pada zaman sekarang ini pariwisata banyak sekali macamnya. Pariwisata berbasis budaya, pariwisata berbasis alam, pariwisata buatan manusia. Banyak isu ekploitasi sumberdaya baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia membuat sebuah terobosan dan mucullah gagasan yaitu pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. Daalm buku Perencanaan Ekowisata karya Janianton D & Helmut F. Weber pengertian dari sustainable tourism menurut Komisi Brundtland (1987) yaitu pengembangan berkelanjutan sebagai development which meets the needs of the present withut compromising the ability of future generations to meet their own needs. Sebelom diadakannya Rio Summit 1992 ide-ide dan ketertarikan untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan sudah banyak disuarakan. Dengan sebuah laporan pertama mengenai konsep penegmbangan yang berkelanjutan yaitu “World Conservation Strategy” pada 1980 yang dipublikasikan oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources. Pada tahun 1987 “The World Commision on Environment and Development mempublikasikan “Our Common Future” atau yang biasa dikenal sebagai Brundtland Report.  Laporan tersebut berasal dari sebuah ide yang kuat yaitu “Kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, teteapi kita meminjamnya dari anak cucu kita (Murphy, 1994). Hingga pada akhirnya pada tahun 1992 hal tersebut di deklarasikan dalam Rio Summit 1992 dan Agenda 21 dengan mengangkat isu mengenai pemanasan global dan kabut bercampur asap.

Bagan konsep the relationship between sustainable tourism and other terms


Sumber: Sustainable Tourism Management (J.Swabrooke:Page 14)

Salah satu dari jenis pariwisata yang berada di dalam sustainable tourism dan cocok dengan Desa Pemuteran adalah ecotourism. Ecotourism dalam deklarasi Quebec secara spesifik disebutkan bahwa ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yyang memebedakannya dengan bentuk wisata lain. Di dalam praktik hal itu terllihat dalam bentuk kegiatan wisata yang: a. Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya; b. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan mereka; c. Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk kecil (UNEP, 200; Heher, 2003). Dengan kata lain ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri (Panos, dikutip oleh Ward, 1997).
Berikut beberapa prinsip ekowisata (TIES, 2000), yakni:
a.       Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaranllingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.
b.      Membangun penghargaan dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.
c.       Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW.
d.      Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.
e.       Memberikan keuntungan finansiall dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.
f.       Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.
g.      Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat okal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksaan transaksi-transaksi wisata.

PEMBAHASAN
Terumbu karang yang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan bawah laut juga bisa dimanfaatkan dan menghasilkan dari segi ekonomis melalui pariwisata. Contoh pemanfaatan terumbu karang untuk kebutuhan pariwisata adalah sebagai daya tarik dalam melakukan aktiitas air berupa scuba diving ataupun snorkeling. Namun, dalam pemanfaaatanya tidak boleh terlalu berlebihan karena hal tersebut akan menyebabkan ketidakseimbangan dan munculnya berbagai masalah seperti contohnya yaitu polusi terutama polusi air. Polusi air yang dimaksud contohnya yaitu sampah wisatawan, jumlah kunjungan yang terlalu banyak dalam waktu yang bersamaan (mengganggu hewan-hewan laut yang tinggal ditempat tersebut), limbah yang langsung menuju ke pantai tanpa adanya pengolahan dahulu, mencari ikan dengan metode yang merusak seperti penggunaan bom, potasium, ataupun tangkad, dll. Hal-hal inilah yang coba diterapkan disebuah desa di utara pulau Bali yaitu Desa Pemuteran.
Desa Pemuteran adalah sebuah desa yang letaknya di sebelah barat pulau Bali tepatnya di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:

Batas Administrasi
Utara
Laut Bali
Barat
Desa Sumberkima
Selatan
Hutan Negara
Timur
Desa Banyupoh

                                      Sumber: Profile Desa Pemuteran Tahun 2017


Dan berikut adalah jarak menuju Desa Pemuteran dari beberapa pintu masuk kedatangan wisatawan:

Jarak Menuju Desa Pemuteran
Dari
Nama
Jarak/ km
Waktu Tempuh
Keterangan
Ibukota Kecamatan
Gerokgak
18 km
30 menit bermotor
Terdapat Kendaraan Umum
Ibukota Kabupaten
Buleleng
57 km
1,5 jam bermotor
Terdapat Kendaraan Umum
Ibukota Provinsi
Bali
160 km
4 jam bermotor
Terdapat Kendaraan Umum
Bandar Udara
I Gusti Ngurah Rai

±5 jam bermotor
Terdapat Kendaraan Umum
Pelabuhan Laut
Celukan Bawang/ Gilimanuk
10 km/ 20 km
15 menit/ 20 menit bermotor
Terdapat Kendaraan Umum
Terminal Bus/ Angkot
Seririt
25 km
30 menit bermotor
Terdapat Kendaraan Umum
Stasiun Kereta Api
-
-
-
-
        Sumber:Profile Desa Pemuteran 2017

Memilki teluk yang indah dan juga dikelilingi oleh gunung-gunung membuat Desa Pemuteran menjadi sebuah destinasi pariwisata. Yang dimkasud sebagai destinasi pariwisata dalam UU no.10 tahun 2009 adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Dalam membangun pariwisata regulasi baik nasional, regional, maupun lokal tentu sama-sama memiliki tujuan yang positif dan meminimalisir dampak negatif. Dalam Perda Bali no 16 tahun 2009 pasal 42, yang mencangkup kawasan lindung meliputi: a. Kawasan yang memeberikan perindungan kawasn bawahnya; b. Kawasan perlindungan setempat; c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; d. Kawasan rawan bencana alam; e. Kawasan lindung geologi; f. Kawasan indung lainnya. Desa Pemuteran termasuk dalam kawasan suaka alam kategori kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain undang-undang tersebut, dalam membangun pariwisata di Desa Pemuteran secara tidak langsung masyarakat di tempat tersebut telah menerapkan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism). Hal ini dikarenakan meyakini bahwa dengan melibatkan masyarakat akan menimbulkan rasa memiliki terhadap daerah mereka. Sesuai dengan pengertian pariwisata berbasis masyarakat, menurut Suansri (2003: 14), Community-Based Tourism merupakan pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya yang menekankan pada masyarakat lokal (baik yang terlibat langsung dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan kesempatan dalam manajemen dan pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal. Sehigga dapat disimpulkan bahwa fokus dari pariwisata berbasiskan masyarakat adalah untuk memberikan dampak positif pariwisata kepada masyarakat lokal (National Seminar of Sustainable Tourism Development: 2009). Hal tersebut melalui pelibatan masyarakat secara aktif baik dalam membuat peraturan lokal (awig-awig) maupun dalam pelaksanaan hal tersebut karena pada akhirnya masyarakatlah jugalah yang akan menjalankan hasil dari keputusan bersama tersebut.

Peraturan Lokal/ Awig-awig Desa Pakraman Pemuteran

                                                  Sumber: Dokumentasi Pribadi/ PanduDwi
 


Dalam peraturan tersebut tercangkup hasil kesepakatan Paruman Kelihan & Prajuru Desa Pakraman Pemuteran, Perbekel Desa Pemuteran, Kelembagaan Desa Pakraman Pemuteran, POKMASAWAS Pecalang Segara, dan Semua Pengurus Kelompok Nelayan Se-Pemuteran untuk menjaga kondusifitas laut, darat, dan hutan agar tetep lestari. Selain dari kesepakatan tersebut masyarakat Desa Pemuteran juga menjunjung visi dan misi dari desa mereka.
Masyarakat Desa Pemuteran adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi visi dan misi Desa Pemuteran (tahun 2011-2016) yaitu, “Terwujudnya Desa Pemuteran yang Sejahtera Berbasis Pariwisata-Budaya yang Dijiwai Tri Hita Karana” dan juga digagas oleh Bapak I Gusti Agung Prana mengalami perkembangan pesat dari yang tadinya hanyalah sebuah desa terpencil biasa kini menjadi sorotan dunia karena berhasil memenangkan perhargaan internasional yaitu dari UNWTO, Lonely Planet, dsb. Sejalan dengan penghargaan-penghargaan yang telah diberikan maka tanggung jawab yang harus diemban oleh Desa Pemuteran semakin besar pula untuk terus menjaga dan mengembangkan sumber daya alam dan manusianya ke arah yang lebih baik.
Sebelum Desa Pemuteran mendapatkan banyak penghargaan baik nasional maupun internasional dan tekenal hingga ke mancanegara seperti saat ini, Desa Pemuteran dulunya adalah desa yang kering jadi sangat menyulitkan untuk bertani karena hanya ada beberapa tanaman yang bisa ditanam seperti anggur, umbi-umbian, dll dan juga metode pencarian ikan masyarakat yang mayoritas nelayan yaitu menggunakan bom dan potasium sehingga merusak teumbu karang. Selain itu, Desa Pemuteran juga desa yang jauh dari keramaian. Didasari hal tesebut pada tahun 1998, Alm. Bapak Agung Prana melirik ada potensi yang bisa dikembangkaan terutama gunung dan laut (nigara gunung) atau bisa diistilahkan seperti yinyang.
Melihat adanya potensi tersebut mulailah dibuka hotel melati dibarengi dengan konservasi terumbu karang dengan metode biorock. Perlahan-lahan Alm. Bapak Agung Prana mempromosikan Desa Pemuteran dan membuat perareman atau rapat-rapat kecil untuk menyadarkan masyarakat dalam mencari ikan agar tidak ada lagi yang mencari dengan bom dan potasium. Selain Alm. Bapak Agung Prana ada juga orang asing dari luar tepatnya Australia yaitu Bapak Chris Brown yang merupakan owner/ director PT. Pemuteran Wisata Tirta (Reef Seen Divers Resort). Turut sertanya Bapak Chris Brown dalam mengembangkan pariwisata di Desa Pemuteran menarik para wisatawan untuk datang bahkan sebuah Web Travelling terkenal yaitu Lonely Planet. Pada tahun 1992 Lonely Planet menawarkan diri untuk meliput Desa Pemuteran dalam artikelnya namun belom siapnya masyarakatlah apabila terjadi pariwisata secara massive yang menjadi pertimbangan Bapak Chris Brown. Sekitar tahun 2000 dalam kurun waktu 8 tahun Alm. Bapak Agung Prana dan Bapak Chris Brown beserta seluruh masyarakat pemuteran terus berbenah diri mengembangkan keahlian di bidang pariwisata seperti diving, food & beverage, hotel, serta konservasi terumbu karang dengan metode biorock.
Biorock adalah suatu proses teknologi deposit elektro mineral yang berlangsung di dalam laut, biasanya disebut juga dengan teknologi akresi mineral. Pada tahun 1974 teknologi ini dikembangkan oleh Prof. Wolf H. Hilbertz, seorang arsitek berkebangsaan Jerman. Teknologi ini awalnya dikembangkan untuk mendapatkan bahan bangunan jenis baru. Tetapi pada tahun 1988, Prof. Wolf H. Hilbertz bertemu dengan dengan Dr. Thomas J. Goreau, seorang ahli ekologi karang dari AS. Mereka mendirikan GCRA (Global Coral Reef Alliance) dan mulai melakukan riset untuk mengembangkan lagi teknologi biorock dengan fokus pada perkembangbiakan, pemeliharaan dan restorasi terumbu karang serta struktur proteksi pesisir.
Biorock bekerja menggunakan proses elektrolisis air laut, yaitu dengan meletakkan dua elektroda di dasar laut dan dialiri dengan listrik tegangan rendah yang aman sehingga memungkinkan mineral pada air laut mengkristal di atas elektroda. Biorock dibentuk dengan menggunakan struktur besi sebagai katoda dan karbon, timah atau titanium sebagai anoda. Saat dialiri listrik, struktur biorock ini menimbulkan reaksi elektrolitik yang mendorong pembentukan mineral di struktur katoda. Mineral yang mengendap adalah kalsium karbonat dan magnesium hidroksida.

Cara kerja metode Biorock dalam rehabilitasi terumbu karang.

  


                                                 Sumber :www.Biorock-indonesia.com

 

Berawal dari percobaan di Desa Pemuteran, keberhasilan penggunaan metode biorock ini dilirik dan telah dikembangkan di berbagai lokasi di Indonesia. Pulau seribu (Pulau Kotok, Pulau Pramuka, dan Pulau Sepa), Jawa Timur, Maluku (Desa Halong), Sulawesi Utara (Pulau Gangga), Suawesi Selatan, Sumba, dan Nusa Tenggara Barat (Gili Matra & Lombok).

Kondisi Terkini Terumbu Karang di Desa Pemuteran
Sumber: Dokumentasi Pribadi/ PanduDwi



Dengan penggunaan metode biorock dan menjunjung tinggi visi & misi Desa Pemuteran adalah dasar pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran. Dengan melibatkan masyarakat dan juga menerapkan pariwisata berkelanjutan yaitu Ecotourism membuat pariwisata di Desa Pemuteran tidak hanya menjual daya tarik pariwisata tapi juga mengedukasi para wisatawan yang datang agar peduli terhadap lingkungan agar tercipta kenyamanan bersama baik bagi warga setempat maupun turis-turis yang datang ke Desa Pemuteran. Melalui hal tersebut, diharapkan terjadi keselarasan antara manusia-Tuhan-Alam (Tri Hita Karana). Hingga saat ini hal tersebut masih menjadi pegangan bagi masyarakat setempat dan pariwisata di Desa Pemuteran terus berkembang dan diliat wisatawan bahwa pemuteran adalah tempat yang aman dan nyaman untuk berkunjung sehingga wisatawan yang sebelomnya datang akan kembali berkunjung bahkan membawa teman ataupun keluarga mereka.

KESIMPULAN

Memiliki sebuah metode pelestarian karang yang sangat unik yaitu dengan menggunakan aliran listrik DC dan kombinasi seni arsitektur bawah laut dari seniman lokal membuat Desa Pemuteran yang tadinya hanya desa terpencil biasa kini menjadi sorotan dunia. Didukung dengan regulasi baik nasional, regional, maupun lokal membuat Desa Pemuteran menjadi tempat berwisata yang aman dan nyaman bagi masyarakat dan setiap orang yang datang berkunjung. Selain itu, dengan diikutsertakannya masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan membuat masyarakat terbangunlah jiwa memiliki bagi desanya. Karena setiap keputusan yang dibuat pada akhirnya yang akan menjalankan hal tersebut adalah masyarakat. Sebuah keberhasilan, menggabungkan sebuah metode pelestarian yang baik dan masyarakat yang mau terbuka serta menerima kemajuan yang terjadi pada desanya karena adanya pariwisata.  

 



DAFTAR PUSTAKA

J.Swabrooke.1998.Sustainable Tourism Management.New York: CABI Publishing.
Damanik, Janianton & Hellmut F. Weber.2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Andi

(https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/terumbu-karang)
(https://ocean.si.edu/ocean-life/invertebrates/corals-and-coral-reefs)
(http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1145173011&&&1036008555&&1219212557&dhar001&1240293860
(https://www.iucnredlist.org/ https://www.iucnredlist.org/)
(https://www.dw.com/id/apa-itu-el-nino/a-17801255)
(https://www.dw.com/id/terumbu-karang-cegah-kerugian-negara-rp-56-trilyun-tahun/a-44193466
(https://populationmatters.org/the-facts/biodiversity)
(http://www.ourenvironment.info/coralcalamity.html)
(https://www.livingoceansfoundation.org/science/crown-of-thorns-starfish/)
(https://www.biorock-indonesia.com

UU no.10 tahun 2009
Perda Bali no.16 tahun 2009
Profil Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak Tahun 2017
Share:

Identifikasi dan Pemetaan Potensi-potensi Wisata Aktual dan Potensial


IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN POTENSI-POTENSI WISATA AKTUAL DAN POTENSIAL
Pandu Dwi Utomo

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi-potensi wisata aktual dan potensial di  Kabupaten Kapuas Hulu bagian selatan tepatnya di Desa Tanjung  dengan menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA).
Peneitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek dari penelitian ini adalah seluruh lapisan masyarakat di Desa Tanjung tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, partisipatif dalam pemetaan, dan Focus Group Discussion yang didalamnya disebarkan pula angket untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan analisa data.
Implementasi metode yang digunakan dalam menggali potensi-potensi wisata di Desa Tanjung adalah metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang didalamnya terdiri dari tahapan-tahapan proses partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu: 1) Melakukan pengamatann selama di lapangan (observasi), 2) Partisipatif pemetaan, 3) Focus Group Discussion (FGD).

 I. PENDAHULUAN         
A.  Latar Belakang
Pariwisata merupakan sektor yang banyak dikembangkan tidak hanya di negara maju tetapi juga negara berkembang khusunya di Indonesia. Karena pariwisata dianggap sebagai sektor yang mudah mendatangkan sumber devisa dalam kurun waktu yang relatif cukup singkat. Menurut Undang-Undang No.10 tahun 2009, pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Sedangkan menurut World Tourism Organization (WTO), pariwisata adalah kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya. Berdasarkan data yang di publish Kementerian Pariwisata Pemasukan devisa melalui sektor pariwisata di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011-2015 tercatat bahwa sektor pariwisata termasuk kedalam 5 peringkat teratas dengan penerimaan devisa pada tahun 2011 yaitu sebesar 8,554.39 ( dalam juta USD), kemudian pada tahun 2012 yaitu sebesar 9,120.85 ( dalam juta USD), tahun 2013 sebesar 10,054.15 ( dalam juta USD), tahun 2014 sebesar 11,166.13 ( dalam juta USD), dan tahun 2015 sebesar 12,225.89 ( dalam juta USD). Terhitung mulai tahun 2013 sektor pariwisata berhasil menepati peringkat ke-4, hanya kalah oleh sektor minyak dan gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit. ( Ranking devisa pariwisata terhadap 11 ekspor barang terbesar, tahun 2011-2015, www.kemenpar.go.id)
Oleh sebab itu sektor pariwisata banyak dijadikan sebagai agen percepatan pengembangan oleh negara-negara berkembang dan juga daerah-daerah yang tercakup didalamnya. Salah satu contohnya yaitu Kapuas Hulu. Kapuas Hulu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Ibukota kabupaten ini terletak di Putussibau yang dapat di tempuh dari Pontianak menggunakan transportasi darat sejauh ±814 km dengan waktu tempuh 17 jam dan trasnportasi udara dengan menggunakan pesawat berbadan kecil. Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kabupaten yang memiliki potensi besar di bidang pariwisata. Setidaknya tiga potensi besar yang membuat Kabupaten Kapuas Hulu layak menjadi tujuan wisata yaitu: Potensi budaya, keanekaragaman budaya, bahasa, dan keseharian masyarakat yang salah satu contohnya adalaha Suku Dayak. Potensi alam, hampir 80% wilayah di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan kawasan yang dilindungi, diataranya: Taman Nasional, Hutan Lindung, dan Cagar Alam. Dengan luasnya wilayah yang masih dilindungi menandakan bahwa potensi alam di Kabupaten Kapuas Hulu sangat banyak. dan di Kalimantan Barat, Kapuas Hulu merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 2 taman nasional dalam satu kabupaten yaitu Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun. Selain itu terdapat juga objek dan daya tarik wisata aktual yang dimiliki Kabupaten Kapuas Hulu. Beberapa diantaranya adalah Desa Sadap dan Desa Meliau. Sebagai gambaran desa-desa tersebut merupakan desa wisata yang sudah terkenal di Kabupaten Kapuas Hulu. Desa-desa ini memiliki beragam potensi baik potensi alam yaitu hutan yang masih alami yang menjadi habitat bagi orangutan (Pongo pygmaeus), potensi budaya seperti keunikan dan keseharian dari suku asli Kalimantan yaitu suku dayak, maupun potensi kuliner seperti ikan semah yang diolah dengan kuah kuning.
Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas 29.842 km2 masih menyimpan banyak sekali potensi kekayaan alam dan budaya yang belum terekspos yang bisa menjadi objek daya tarik wisata di Provinsi Kalimantan Barat khususnya di Desa Tanjung Kabupaten Kapuas Hulu bagian Selatan. Pemilihan Desa Tanjung ini dimaksudkan agar terjadinya pemerataan ekonomi mengingat letak Desa Tanjung yang cukup jauh dari Ibukota Putussibau, selain itu pemilihan desa ini juga dilakukan untuk mengangkat keunikan suku khas Kalimantan yaitu Suku Dayak di Desa Tanjung yang berada di wilayah jajaran kaki Gunung Muller. Dikarenakan sejauh ini potensi-potensi wisata yang sudah terekspos seperti Taman Nasional Betung Kerihun, Taman Nasional Danau Sentarum, Mupa Kencana atau Danau Piangkuak, Rumah Betang Orpanimpan Bolong berada di wilayah Kapuas Hulu bagian utara. Putussibau yang merupakan Ibukota dari  Kabupaten Kapuas Hulu juga terletak di wilayah bagian Utara. Hal ini menyebabkan pembangunan lebih banyak dan berpusat di bagian Utara. Selain itu, dengan diresmikanya Pintu Lintas Batas (PLB) membuat sektor pariwisata di wilayah bagian Utara berkembang dengan pesat.  Penelitian ini perlu dilakukan agar perekonomian tidak hanya berputar di pusat kota melainkan hingga keplosok untuk memeratakan perekonomian khusunya di Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan fakta tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan judul “Identifikasi dan Pemetaan Potensi-Potensi Wisata Aktual dan Potensial di Desa Tanjung”.

B. Pembatasan Masalah
Dengan luasnya wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang mencapai 29.842 km2 dan waktu penelitian yang sangat terbatas yaitu selama satu bulan, maka peneliti membatasi penelitian ini yaitu di wilayah Kapuas Hulu bagian Selatan tepatnya di Desa Tanjung, Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu. Hal ini dilakukan untuk mengefisiensi waktu, biaya, dan tenaga serta tingkat akurasi data yang akan diperoleh.

C. Tujuan, Sasaran, dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi-potensi wisata aktual dan potensial . Sasaran dari dari penelitian ini, yaitu: 1) Tergalinya potensi-potensi wisata aktual dan potensial di Desa Tanjung; 2) Terpetakan potensi-potensi wisata di Desa Tanjung. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengetahui potensi-potensi wisata khususnya yang terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu bagian selatan, sebagai informasi kepada masyarakat umum terutama kepada pemerintah agar memperluas daerah pengembangan pariwisata, dan juga sebagai pengayaan data bagi pemerintah dan juga masyarakat pada umumnya.

D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Kabupaten Kapuas Hulu yang secara administratif terbagi menjadi dua bagian yaitu Kapuas Hulu bagian utara dan Kapuas Hulu bagian selatan. Ibukota dari Kabupaten Kapuas Hulu ini adalah Putussibau yang letaknya berada di Kabupaten kapuas Hulu bagian Utara. Dalam penelitian ini difokuskan pada Desa Tanjung yang  letaknya ±64 km dari Putussibau dengann waktu tempuh ±2,5 jam.

2. Ruang Lingkup Substansi Penelitian         
Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek yaitu aspek fisik dan non fisik kawasan. Aspek fisik kawasan ini terdiri dari kondisi administratif yang meliputi batas-batas wilayah dan luas wilayah. Dan aspek non fisik kawasan yang terdiri dari aspek sosial budaya dan aspek sosial ekonomi. Aspek sosial budaya adalah keunikan potensi etnografi mencakup bahasa, sistem religi dan kepercayaan, organisasi sosial dan strata masyarakat, sistem kekerabatan, kesenian dan lain-lain. Dan aspek sosial komomi yang meliputi sumber perekonomian daerah, sumber mata pencaharian penduduk, serta kondisi demografis.

II. STUDI PUSTAKA
A. Sustainable Tourism Development
Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. (Piagam Pariwisata Berkelanjutan,1995). Menurut William F Theobalt (2005) menyebutkan bahwa pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi, keikutsertaan para pelaku (stakeholders), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan, serta promosi.

1. Partisipasi
Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumbersumber daya yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-strategi untuk pengembangandan pengelolaan daya tarik wisata.

2. Keikutsertaan para pelaku
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasibisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal
Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk masyarakat setempat. Beberapa pengalaman menunjukan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis atau wirausahawan setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal.

4. Penggunaan Suber daya yang berkelanjutan
Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan.

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat
Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antar pengunjung/ wisatawan, tempat, dan masyarakat setempat dapat terwujud.

6. Daya Dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung fisik, alami, sosial, dan budaya.


7. Monitor dan Evaluasi
Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak, kegiatan wisata, serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata.

8. Akuntabilitas
Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan, dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan.

9. Pelatihan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan masyarakat.

10. Promosi
Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga eliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat setempat.

B. Participatory Rural Appraisal (PRA)
Participatory Rural Appraisal (PRA), istilah ini mungkin sudah tidak asing lagi di Indonesia terlebih pada saat melakukan penelitian-penelitian yang berbasis atau berdasarkan pada masyarakat karena pendekatan ini sudah lama diterapkan di Indonesia. Kalimat Participatory Rural Appraisal jika di bahasa Indonesiakan adalah “Pemahaman Kondisi Pedesaan Secara Partisipatif”, yaitu merupakan pendekatan dalam merumuskan perencanaan dan kebijakan di wilayah pedesaan dengan cara melibatkan masyarakat seefektif mungkin. (Chambers dalam Moeliono dan Rianingsih, 1996)
Dalam melakukan identifikasi mengenai potensi-potensi pariwisata terlebih di suatu tempat yang masih baru tingkat keaktifan para masyarakat sangatlah dibutuhkan. Dengan pendekatan PRA, diharapkan sebagian besar masyarakat turut terlibat aktif dalam proses perencanaan, pelaksaan, pengawasan, dan pada akhirnya hingga menikmati hasil dari proses-proses tersebut. Pada intinya, PRA merupakan pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan secara partisipatif. Terdapat tahapan-tahapan dalam melakukan pendekatan PRA.

Selain Participatory Rural Appraisal (PRA) digunakan juga pendekatan studi pemetaan. Mapping atau pemetaan berasal dari kata peta yang artinya adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang adakaitannya dengan permukaan bumi dan atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil dengan skala/ diskalakan. ( ICA: International Cartograph Asociation). Jadi, pemetaan adalah  proses pengukuran, perhitungan,  dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy dan hardcopy.

C. Definisi Skala Likert
Dane Bertram pada jurnalnya "Likert Scale" menjelaskan bahwa "A psychometric response scale primarily used in questionnaires to obtain participant’s preferences or degree of agreement with a statement or set of statements. Likertscales are a noncomparative scaling technique and are unidimensional (only measure a single trait)in nature. Respondents are asked to indicate their level of agreement with a given statement by wayof an ordinal scale." Yaitu Skala respon psikometri terutama digunakan dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi peserta atau tingkat kesepakatan dengan pernyataan atau set pernyataan.Skala Likert adalah teknik skala non-komparatif dan unidimensional (hanya mengukur sifattunggal) secara alami. Responden diminta untuk menunjukkan tingkat kesepakatan melalui pernyataan yang diberikan dengan cara skala ordinal. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa skala likert merupakan metode perhitungan kuisioner yang dibagikan kepada responden untuk mengetahui skala sikap suatu objek tertentu.

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi objek-objek daya tarik wisata baik aktual maupun potensial, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam metode kualitatif ini peneliti menggunakan pendekatan metode partisipatif. Metode partisipatif menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2014 adalah hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses tahap perencanaan pembangunan Daerah dan bersifat inklusif terhadap kelompok yang termarginalkan memlalui jalur khusus komunikasi untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses dalam pengambilan kebijakan. Husein Umar dalam bukunya yang bejudul “Metodologi Penelitian Aplikasi dalam pemasaran” mengatakan bahwa penelitian dengan metode partisipatif ini memiliki beberapa prinsip yang harus dipenuhi antara lain ia memeiliki implikasi ideologis, membebrikan manfaat langsung kepada masyarakat,  dan mengikutsertakan semua partisipan yang terlibat dalam penelitian, di mana mereka sadar bahwa proses penelitian merupakan keselutuhan pengalaman masyarakat di mana kebutuhan masyarakat dibangun serta kesadaran dan kesepakatan masyarakat ditingkatkan. Dalam penelitian ini, metode partisipatif merupakan pendekatan yang menjadi fokus bagi peneliti dalam upaya mengidentifikasi objek-objek daya tarik wisata baik aktual maupun potensial yang ada di tempat tersebut. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, maka peneliti akan melakukan analisis dari setiap data yang diperoleh.

B. Teknik Pengumpulan Data
1.Studi literatur
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder dari berbagai sumber seperti buku-buku, koran dan majalah, hingga berbagai artikel/ literatur-literatur yang sesuai dengan topik penelitian atau berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
2. Partisipatif
Teknik dalam pengumpulan data menggunakan metode partisipatif adalah keadaan dimana peneliti melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Keterlibatan masyarakat ini termasuk dalam melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Melakukan pengamatan selama di lapangan (observasi), kegiatan pengamatan ini dilakukan bersama masyarakat ketika berada di desa dan mengunjungi tempat-tempat objek wisata. 2) Partisipatif Maping/ pemetaan, kegiatan ini dilakukan untuk melakukan pemetaan wilayah desa dan objek-objek wisata yang ada di desa. 3)Focus  Group Discussion (FGD), Focus Group Discussion ini dilakukan dalam melakukan penggalian potensi wisata

C. Alat Kumpul Data
Alat kumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang disebarkan dalam Focus Group Discussion untuk mendapatkan data yang diperlukan. Selain itu, dalam penelitian ini juga menggunakan kamera sebagai dokumentasi selama kegiatan penelitian.

D. Teknik Analisa Data
Dalam peneitian ini teknik analisis yang digunakan berupa reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan data. Menurut Miles & Hubberman (1992:16) sebagaimanan di tulis Malik, reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catan tertulis dilapangan. Data adalah sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu objek. Jadi, penyajian data adalah menyajikan atau menampilkan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu objek. Analisa data menurut Spradley adalah pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagianya, hubungan diantara bagian-bagian, dan hubungan bagianbagian itu dengan keseluruhan.

IV. Implementasi Pendekatan PRA dalam Penggalian Potensi Wisata di Desa Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu
A. Melakukan Pengamatan Selama Dilapangan (observasi)
1.Penelusuran Kondisi Wilayah Desa
Penelusuran kondisi wilayah desa ini dilakukan untuk melihat kondisi aktual serta melakukan pengamatan langsung terhadap lingkungan dan sumberdaya desa tersebut yang didalamnya tercangkup antara lain: ketinggian lokasi, sumber daya alam, objek-objek potensial, permasalahan yang dihadapi masyarakat dan lingkungan, keadaan sarana da prasarana umum berupa jalan dari dan menuju desa, dan juga kondisi-kondisi penunjang lainya. Dalam penelusuran kondisi wilayah desa ini dilakukan bersama-sama antara peneliti dan masyarakat setempat.

B. Partisipatif Pemetaan
1. Pencatatan Kalender Musiman Berdasarkan Kebiasaann Warga
Pencatatan kalender musiman berdasarkan kebiasaan warga merupakan pengkajian tentang kegiatan/ keadaan masyarakat yang bersifat teknis, sosial, ekonomi, dan aspek lainnya yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu ( musiman), sehingga dapat tergambarkan pola aktivitas atau kegiatan pada setiap musim atau setiap tahunnya. Seperti contohnya pola bercocok tanam, saat-saat kekeringan, saat-saat rawan untuk melakukan pariwisata yang mungkin dikarenakan faktor curah hujan, wabah hama, wabah penyakit, dan lain-lain.
Mengingat banyaknya aspek yang dipertimbangkan dalam pencatatan dan pembuatan kalender musiman berdasarkan kebiasaan warga akan memeberikan manfaat waktu dan kondisi yang ada serta diharapkan dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

2. Gambaran Pemetaan Wilayah Desa
Gambaran pemetaan wiayah desa pada pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) digunakan untuk memahami keadaaan wilayah desa tersebut beserta lingkungan dalam bentuk gambar peta atau sketsa desa yang meliputi keadaan sumberdaya umum desa, peta penyebaran penduduk, peta pemanfaatan lahandan sebagainya dengan memanfaatkan peralatan dan bahan seadanya pada saat dilakukanya Focus Group Discussion yang dilengkapi dengan keterangan kode atau simbol-simbol tertentu. Dengan dibuatnya gambaran pemetaan wilayah desa ini, akan diperoleh informasi mengenai potensi sumber daya yang dimiliki, letak geografs sumber daya, batas-batas administrasi desa dan wilayah yang bermasalah.

3. Kajian Mata Pencaharian Warga Desa
Kajian mata pencaharian warga desa dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis-jenis mata pencaharian yang dilakukan warga desa, pola penyebarannya, prospekd an hambatannya serta kemitraan-kemitraan ekonomi yang terjalin didalamnya. Selain data mata pencaharian, juga data pergeseran minat warga terhadap jenis mata pencaharian tertentu, aspek-aspek pendukung perekonomian warga ketersediaan dan keadaan bahan baku untuk usaha, ketersediaan dan keadaan tenaga kerja, keterlibatan laki-laki dan perempuan pada mata pencaharian tertentu serta pendapatan masyarakatnya.

C. Focus Group Discussion (FGD)
1. Pembuatan Matriks Ranking
Pembuatan matriks ranking dilakukan untuk menindaklanjuti pendataan dan kajian-kajian yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk lebih mempertajam hasil pendataan dan kajian-kajian tersebut. Dan dalam menerapkan hal tersebut dapat menggunakan teknik komparasi menggunakan skala Likert. Matriks yang berisi hasil olahan tersebut disajikan dalam bentuk tabel dengan syarat-syarat atau kriteria-kriteria tertentu.

2. Penyusunan Rencana Kegiatan Spesifik Lokasi
Penyusunan rencana kegiatan spesifik lokasi merupakan tindak lanjut setelah melakukan penyusunan matriks ranking. Dalam melakukan penyusunan rencana kegiatan harus bersifat lokal, partisipatif, dan operasional. Jadi, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan kegiatan dimaksudkan agar kegiatan-kegiatan yang dibuat adalah mencerminkan keterpaduan program/ kegiatan yang direncanakan pemerintah dengan perencanaan yang dibutuhkan oleh masyarakat desa sehingga akan terlahir rasa memiliki (sense of belonging) yang akan menunjang pada kegiatan dan atau program-program yang dimaksud.

V. KESIMPULAN
Dalam penggalian sebuah potensi wisata yang didasari dengan pedekatan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) partisiaptif masyarakat mutlak diperlukan. Karena masyarakatlah yang mengetahui dengan baik detail dari desa mereka. Pelibatan masyarakat ini dilakukan untuk mendukung pengimplementasian Undang-undang nomor 6 tahun 2014 pasal 1 tentang desa, yang didalamnya mengangkat tentang pemberdayaan masyarakat desa sebagai upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Secara ringkas tahapan-tahapan pelaksanaan PRA meliputi: 1) Melakukan pengamatann selama di lapangan (observasi), 2) Partisipatif pemetaan, 3) Focus Group Discussion (FGD). Melalui tahapan-tahapan tersebut diharapkan potensi-potensi wisata aktual dan potensial di desa Tanjung dapat teridentifikasi dan terpetakan. Kemudian hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan atau pedoman untuk rencana pengembangan kepariwisataan di Desa Tanjung pada tahap selanjutnya.




Daftar Pustaka
Musllim, Aziz. 2007. PENDEKATAN PARTISIPATIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Vol. VIII, No. 2:89-103.
Supriatna, Asep. RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAH DESA. Banten: Jurnal Lingkar Widyaiswara. Edisi 1, No. 1:39-45.
Putrikam Ikhtiari, Yuselg. KAMPUNG WAYANG SEBAGAI SATU UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA KEPUHSARI KECAMATAN MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI. Diambil dari: http://eprints.uny.ac.id/41493/
Nur Pranayoga, Beni. IMPLEMENTASI METODE DISKUSI DAN PRESENTASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI AKTIF SISWA PADA MATA PELAJARAN KOPLING KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN TENGAH. Diambil dari: http://eprints.uny.ac.id/35037/1/Beni%20Nur%20Pranayoga%2010504242008.pdf
Umar, Husein. tahun. “Metodologi Penelitian Aplikasi dalam pemasaran”. kota:penerbit
Laporan Akhir Kajian Profil Masyarakat kampung Sarongge dalam Mendukung Pembangunan Pariwisata, Kabupaten Cianjur, 2011.



Share:

House of Culture

Mengangkat tentang wisata budaya yang ada di Toraja Utara dengan dasar studi literatur

Cari Blog Ini

Total Tayangan Halaman

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Wikipedia

Hasil penelusuran

Tugas kelompok Pandu Dwi Utomo dan Maulana Abas